Oleh: Ns. Liana Sriulina Br S, S.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA
a. Defenisi Keluarga
Keluarga
adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut
Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Menurut
Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
b. Struktur keluarga
Struktur
keluarga terdiri atas:
1.
Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui garis keturunan ayah.
2.
Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun
melalui garis keturunan ibu.
3.
Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah dari istri.
4.
Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah dari suami.
5.
Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri
struktur keluarga:
1.
Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling
ketergantungan antara anggota keluarga.
2.
Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga
memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan
fungsi dan tugas masing-masing.
3.
Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota
keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden,
& Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat
elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan
kekuatan keluarga.
1.
Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi
dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi verbal dan
non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan setiap
individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih,
atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota
keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti
dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup
sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah
pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat istri
marah.
2.
Struktur peran keluarga.
Peran
masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal, model
peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
3.
Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai
merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau bermanfaat
bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal dari
nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat,
dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi
diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan
makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari
Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma
dan peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
4.
Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan
keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah kearah positif.
Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate
power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan
lain-lain (resource or expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan
yang akan diterima (reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya
(coercive power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power),
pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan
seksual (affective power).
c. 5 Tugas Keluarga
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan
dalam keluarga yaitu:
1.
Mengenal gangguan perkembangan
kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat
3. Menberikan
keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana
di rumah yang menguntungjan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota
keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada.
d. Tahap perkembangan keluarga
Perkembangan
keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga yang
meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang
waktu.
Tahap
perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap
tahapan perkembangan.
1.
Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga
baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena
kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya
Tugas perkembangan
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
2.
Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai
sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30
bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
3.
Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).
Tahap ini
dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun.
Tugas perkembangan
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
Tugas perkembangan
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4.
Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).
Tahap ini dimulai
saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak berumur
12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan
anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota
Tugas perkembangan keluarga.
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota
keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5.
Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai
saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Tujuannya
untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6.
Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai
pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7.
Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini
dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
8.
Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai
saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
Pengambilan
Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga
Dalam mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam
pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan,
merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.
Dasar pegambilan
keputusan tersebut adalah :
a. Hak
dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
b. Kewenangan
dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga
c.
Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga
atau anggota keluarga yang bermasalah.
Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga
antara lain (Suprajitno, 2004)
1.
Fungsi biologis, kebutuhan
meliputi:
a.
Sandang, Pangan dan papan
b.
Hubungan seksual suami istri
c.
Reproduksi atau pengembangan
keturunan
2.
Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai
kewajiban menafkahi keluarganya (istri dan anaknya)
3.
Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter
budaya atau mediator sosial budaya bagi anak)
4.
Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi
masyarakat masa depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang
sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang
5.
Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para
anggota keluarga dari gangguan, ancaman atau kondisi
yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik, psikologis)
para anggotanya
6.
Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang
memberi kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi
anggotanya
7.
Fungsi agama (religius):
keluarga berfungsi sebagai penanam
nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang
benar
Keluarga Kelompok Risiko Tinggi
Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah
keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:
a. Keluarga
dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut:
·
Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
·
Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
·
Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan
b. Keluarga
dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:
· Umur ibu (kurang
16 tahun atau lebih 35 tahun)
·
Menderita kekurangan gizi atau anemia
·
Menderita hipertensi
· Primipara atau
multipara
· Riwayat
persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga
dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:
· Lahir prematur
atau BBLR
· Lahir dengan
cacat bawaan
· ASI ibu kurang
sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
· Ibu menderita
penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya
d. Keluarga
mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:
· Anak yang tidak
dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
· Tidak ada
kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok dan
tegang.
· Ada anggota
keluarga yang sering sakit.
· Salah satu
orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan keluarga.
Data Yang Akan dikaji lebih Lanjut.
1.
Pengkajian tahap I
Data
umum:
a.
Identitas kepala keluarga (nama, alamat, pekerjaan, pendidikan).
b.
Komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram).
c. Tipe
keluarga: Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
d.
Suku bangsa (etnis): identifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait dengan kesehatan.
e.
Agama: kaji agama yang dianut serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
f.
Status sosial ekonomi: tentukan pendapatan keluarga,
serta kebutuhan dan penggunaannya.
g.
Aktifitas rekreasi keluarga: rekreasi dirumah (nonton
TV, mendengarkan radio), jalan-jalan ke tempat rekreasi.
Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a.
Tahap perkembangan keluarga saat ini.
b.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
c.
Riwayat penyakit keluarga: riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing keluarga, status kesehatan anak (imunisasi),
sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
Lingkungan
a.
Karakteristik rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang,
pemanfaatan rumah, peletakan perabot rumah tangga, sarana eliminasi (tempat,
jenis, jarak dari sumber air), sumber air minum.
b.
Karakteristik tetangga dan komunitas RW: kebiasaan,
lingkungan fisik, nilai, budaya yang mempengaruhi kesehatan.
c.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
d.
Mobilitas geografis keluarga: ditentukan dengan
kebiasaan keluarga berpindah tempat.
e.
Sistem pendukung keluarga: jumlah anggota yang sehat,
fasilitas untuk penunjang kesehatan, fasilitas kesehatan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
lengkap semua anggota keluarga serta interpretasi hasil pemeriksaan fisik
tersebut.
Harapan Keluarga
Keinginan
keluarga terhadap perawat keluarga terkait permasalahan kesehatan yang dialami
keluarga.
2.
Pengkajian Tahap II
a.
Kaji pengetahuan, kemampuan, kemauan keluarga terhadap
tugas keluarga
b.
Pengkajian terhadap tugas keluarga, apakah ada
ketidakmampuan dalam mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota
keluarga,memelihara lingkungan dan ketidakmampuan menggunakan fasilitas
kesehatan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai individu, keluarga dan masyarakat yang diperoleh
melalui suatu proses pengumpulan data, analisis yang memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan keperawatan. Hal ini berhubungan dengan adanya masalah
dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur, fungsi keluarga dan
koping.
Tipologi atau sifat dari diagnosa
keperawatan keluarga adalah aktual, risiko dan sejahtera. Actual berarti
terjadi deficit atau gangguan kesehatan dalam keluarga. Diagnosa keperawatan
keluarga bersifat resiko (ancaman kesehatan) berarti sudah ada data yang
menunjang tapi namun belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan yang kurang
bersih atau pola makan yang tidak adekuat. Diagnosa yang bersifat keadaan
sejahtera merupakan suatu keadaan sejahtera merupakan suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu ditingkatkan.
Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga
merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama keluarga untuk
dilaksanakan. Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus
dilakukan keluarga bersama perawat keluarga yaitu menyusun tujuan, mengidentifikasi
sumber, memilih intervensi dan menyusun prioritas.
1.
Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan.
Menetapkan prioritas masalah
atau diagnose keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan Skala menyusun
prioritas dari Bailon dan Maglaya, 1978:
Skala untuk menentukan
prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (bailon dan Maglaya, 1978):
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
1
|
Sifat masalah
Skala: Aktual
Risiko
Keadaan sejahtera/diagnosis sehat
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala: Mudah
Sebagian
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensi masalah untuk
dicegah
Skala: Tinggi
Cukup
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolnya masalah
Skala: Masalah dirasakan
dan harus segera ditangani.
Ada masalah, tapi tidak perlu
ditangani.
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Scoring:
a.
Tentukan skore untuk setiap criteria.
b.
Skore dibagi dengan makna tertinggi dan dikalikan
dengan bobot
c.
Jumlahkan skore untuk semua kriteria.
2.
Menetapkan Tujuan Keperawatan.
Tujuan merupakan pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang terdiri
dari jangka panjang dan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang adalah
target dari kegiatan atau hasil akhir yang diharapkan dari rangkaian proses
penyelesaian masalah keperawatan dan berorientasi pada perubahan prilaku seperti pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Misalnya: keluarga mampu merawat anggotanya (Tn.S) yang menjalani TBC Paru.
Tujuan jangka pendek
merupakan hasil yang diharapkan dari setiap akhir kegiatan yang dilakukan pada
waktu tertentu disesuaikan dengan penjabaran jangka panjang. Misalnya: setelah
dilakukan satu kali kunjungan, keluarga mengerti tentang penyakit TBC. Pada
tujuan juga perlu direncanakan evaluasi yang merupakan criteria dan standar
tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang ada. Misalnya:
a.
Berat badan anak akan naik minimal 1Kg setiap bulan.
b.
Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas
minimal 4x selama kehamilan.
Implementasi
Pada pelaksanaan
implementasi keluarga, hal yang perlu diperhatikan adalah:
1.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang
tepat.
2.
Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah
dan kebutuhan kesehatan.
3.
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang
sakit.
4.
Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
5.
Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat
lingkungan menjadi sehat.
6.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
Contoh Diagnosa keperawatan keluarga:
1.
Gangguan parenting pada keluarga X khususnya dalam
perawatan anak Y berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan orang
tua dalam pemenuhan tugas pertumbuhan dan perkembangan anak remaja.
Tujuan
Umum:
setelah dilakukan 5x kunjungan rumah selama 45
menit setiap kunjungan, diharapkan penampilan parenting keluarga optimal dalam
perawatan anak remaja.
Tujuan
Khusus: 1.
setelah
dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan, diharapkan
keluarga mengenal tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
Kriteria
Evaluasi:
1.1 Kriteria:menyebutkan
pengertian tugas perkembangan keluarga pada tahap remaja dengan bahasa yang
sederhana.
Standar:
perkembangan keluarga dengan remaja merupakan suatu fase perkembangan keluarga
dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberikan tanggung jawab serta pada tahap
sebelumnya.
Rencana
Tindakan:
1.1.1
diskusikan dengan keluarga tentang pengertian tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
1.1.2
Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali pengertian
tugas perkembangan keluarga dengan remaja.
1.1.3
Beri pujian atas kemampuan keluarga.
1.2 Kriteria:
Menjelaskan dua ciri-ciri keluarga dengan remaja
Standar: tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja merupakan tahapan yang paling sulit,
karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung
jawab.
Rencana
Keperawatan:
1.2.1
diskusikan dengan keluarga tentang cirri-ciri
perkembangan keluarga dengan remaja.
1.2.2
Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali ciri-ciri
perkembangan keluarga dengan remaja.
1.2.3
Berikan pujian atas kemampuan keluarga.
1.3 Kriteria:
Mampu menyebutkan 3 dari 4 tugas perkembangan keluarga dengan remaja.
Standar:
Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja: memberikan kebebasan yang
seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah tambah dewasa dan
meningkat otonominya, mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga,
mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari permusuhan
dan kecurigaan, perubahan system aturan tumbuh kembang keluarga.
Rencana
Keperawatan:
1.3.1
identifikasi tugas yang sudah dilakukan oleh keluarga
pada remaja.
1.3.2
Berikan penjelasan setiap tugas yang sudah dilakukan
orang tua pada remaja.
1.3.3
Diskusikan dengan keluarga tentang tugas perkembangan
keluarga dengan remaja.
1.3.4
Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
1.3.5
Beri pujian atas kemampuan keluarga.
Tujuan
khusus 2:
Setelah
dilakukan 1x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan, diharapkan
keluarga mampu mengambil keputusan dalam memfasilitasi perkembangan keluarga
dengan anak remaja.
Kriteria evaluasi:
Kriteria:
2.1 menjelaskan
akibat yang terjadi bila keluarga tidak mencegah masalah anak remaja.
Standar: sering
muncul konflik antara remaja dan orang tua karena anak menginginkan kebebasan
melakukan aktivitasnya, sementara orangtua mempunyai hak untuk mengontrol anak.
Rencana
Keperawatan:
2.1.1
jelaskan akibat yang bisa terjadi bila keluarga tidak
mengambil keputusan untuk mencegah kenakalan remaja.
2.1.2
Beri kesempatan keluarga bertanya.
2.1.3
Dorong keluarga untuk mengungkapkan kembali penjelasan
yang diberikan.
2.1.4
Beri pujian atas kemampuan keluarga.
2.2 Mengambil
keputusan yang tepat untuk segera melakukan tindakan pencegahan masalah anak
remaja.
Standar: dalam hal
ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan
dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan anak harmonis.
Rencana keperawatan:
2.2.1
gali pendapat keluarga bagaimana cara mencegah masalah
pada remaja.
2.2.2
Bimbing dan bantu keluarga untuk mengambil keputusan
yang tepat
2.2.3
Beri kesempatan keluarga memikirkan kembali keputusan
yang diambil.
2.2.4
Beri pujian atas keputusan yang diambil.
Tujuan
khusus 3:
Setelah
dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan, diharapkan
keluarga mampu merawat keluarga dengan perkembangan anak remaja.
Kriteria
evaluasi:
Kriteria
;
3.1 Mengidentifikasi
tentang peran orang tua yang belum tercapai dalam memenuhi tugas perkembangan
remaja.
Standar:
kesibukan dalam pekerjaan sehari-hari mengakibatkan adanya gangguan komunikasi
atau interaksi sosial dalam keluarga.
Rencana
keperawatan: konseling
3.1.1
identifikasi bersama keluarga tentang peran orang tua
yang belum tercapai dalam memenuhi tugas perkembangan remaja.
3.1.2
Jelaskan tentang peran orang tua yang belum tercapai
dalam memenuhi tugas perkembangan remaja.
3.1.3
Perhatikan respon verbal dan non verbal.
3.1.4
Beri solusi pada orang tua
3.1.5
Kaji ulang kemampuan keluarga tentang peran orang tua
yang belum tercapai dalam memenuhi tugas.
3.1.6
Beri pujian atas kemampuannya.
3.2 Menyebutkan
cara mengatasi peran orang tua yang belum tercapai.
Standar:
peran orangtua: memberi waktu luang pada keluarga, meluangkan waktu untuk
berlibur bersama keluarga, membuat jadwal pertemuan rutin keluarga. Memberi
keleluasaan anak untuk menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan secara
demokratis.
Rencana
keperawatan: konseling
3.2.1
identifikasi bersama keluarga
3.2.2
jelaskan tentang cara mengatasi peran orang tua yang
belum tercapai
3.2.3
perhatikan respon verbal dan non verbal.
3.2.4
Berikan solusi positif bersama dalam memenuhi ntugas
peran orang tua terhadap anak remaja.
3.2.5
Kaji ulang kemampuan keluarga
3.2.6
Beri pujian positif atas kemampuannya.
Tujuan
khusus 4:
Setelah
dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan, diharapkan
keluarga mampu memelihara lingkungan keluarga dengan perkembangan anak remaja.
Kriteria
evaluasi:
4.1 Kriteria:menyebutkan
lingkungan yang kondusif untuk mendidik anak remaja.
Standar:
lingkungan dalam pertumbuhan remaja mencakup dukungan dalam memberikan
perkembangan secara fisik, psikologis, social, dan spiritual.
Rencana
keperawatan:
4.1.1
anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi remaja rajin
belajar.
4.1.2
Tanyakan perasaan anak remaja saat ini.
4.1.3
Lakukan kunjungan rumah tidak terjadwal
4.1.4
Diskusikan dengan keluarga lingkungan yang kondusif
4.1.5
Identifikasi dengan keluarga lingkungan yang ada
kegiatan yang mendukung remaja.
4.1.6
Dorong keluarga untuk menyebutkan kembali penjelasan
4.1.7
Beri pujian atas kemampuan keluarga menjawab pertanyaan
yang benar.
Tujuan
khusus 5:
Setelah
dilakukan 1x kunjungan rumah selama 45 menit setiap kunjungan, diharapkan
keluarga mampu menggunakan pelayanan kesehatan untuk menunjang perkembangan
anak remaja.
5.1 kriteria:
menggunakan pelayanan kesehatan dan social dalam menunjang tumbuh kembang
remaja.
Standar:
keluarga dapat mendapat bantuan dari pelayanan social seperti LSM ataupun
pelayanan kesehatan seperti puskesmas dalam rangka memenuhi kesehatan
reproduksi anak remaja terkait pertumbuhan dan perkembangan remaja sehingga
informasi yang didapat akurat dan dapat dipertcaya dalam mengambil keputusan.
Rencana
keperawatan:
5.1.1
diskusikan jenis fasilitas pelayanan social yang
tersedia di lingkungan keluarga
5.1.2
bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan social yang
sesuai dengan kondisi keluarga
5.1.3
anjurkan keluarga mendapatkan fasilitas pelayanan
social sesuai pilihan
5.1.4
berikan pujian positif atas kemajuan keluarga.
Rancangan Kegiatan
1. Topik :
Pengkajian data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik dan
harapan keluarga
2. Metode
: Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
3. Media :
Format pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik
4. Waktu :
perjanjian dengan keluarga
5. Tempat :
Rumah keluarga
6. Strategi
Pelaksanaan :
Orientasi :
· Mengucapkan salam
· Memperkenalkan
diri
· Menjelaskan
tujuan kunjungan
· Memvalidasi
keadaan keluarga
Kerja :
· Melakukan
pengkajian
· Melakukan
pemeriksaan fisik ( khususnya bagi anggota keluarga yang beresiko)
· Mengidentifikasi
masalah kesehatan
· Memberikan
reinforcement pada hal-hal positif yang dilakukan keluarga
Terminasi ;
· Membuat
kontrak untuk pertemuan selanjutnya
· Mengucapkan
salam.
DARTAR PUSTAKA
Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar.
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi
Teori Pada Praktik asuhan keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC
Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga.
Jakarta : EGC