Oleh : Ns. Liana Sriulina Br S, S.Kep
GASTROENTERITIS
A. TINJAUAN TEORITIS MEDIS
1.
DEFENISI
Gastroenteritis
(GE) adalah buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3 kali pada
anak. Konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lender dan darah atau lendir saja ( Ngastiyah, 2005).
Diare adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekwensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk tinja yang encer
atau cair ( Suriadi, 2001).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang
disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen
(Whaley & Wong, 2004).
2.
ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi
dalam beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor infeksi:
a. Faktor infeksi:
1.
Bakteri; enteropathogenic escherichia coli, salmonella,
shigella, yersinis
enterocolitica,
campylobacter.
2.
Virus; enterovirus-echoviruses, adenovirus, human
retrovirus seperti agent
rota virus, astrovirus.
3.
Jamur; candida enteritis.
4.
Parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
srongyloides), protozoa
(entamoebahystolityca, giardialamblia).
5.
Infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor
malabsorbsi
1.
Malobsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerensi
laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi
laktosa,
2.
Malabsrobsi lemak.
3.
Malabsorbsi protein.
c.
Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antacid, dll.
d. Faktor
makanan
-
Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat,
makanan mengandung bakteri atau toksin
-
Alergi : susu sapi, makanan tertentu
e. Faktor fsikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
3.
MANIFESTASI
KLINIK
a. Frekuensi BAB >3 kali sehari
b. Feses kadang disertai lendir atau darah
c. Nafsu makan menurun
d. Malaise
e. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
f. Turgor kulit menurun
g. Membran mukosa kering
h. Bising usus meningkat
i. Kram abdomen
j. Adanya tenesmus
k. Penurunan BB
l. Nadi dan pernafasan cepat
4. ANATOMI
FISIOLOGI
Setiap sel-sel dalam tubuh kita memerlukan adanya suplai makanan yang
terus menerus untuk dapat bertahan hidup terus. Makanan tersebut akan memberikan
energi, membangun jaringan-jaringan baru, mengganti jaringan-jaringan yang tua
atau rusak dan memegang peranan utama dalam pertumbuhan. Fungsi utama Sistem
Gastrointestinal ialah menyediakan suplai yang berkesinambungan untuk tubuh
seperti air, elektrolit, zat gizi dan lain sebagainya. Sebelum zat-zat air,
elektrolit, zat gizi ini diperoleh tubuh makanan yang kita makan harus berjalan
atau digerakkan sepanjang saluran pencernaan dengan kecepatan yang sesuai agar
dapat berlangung fungsi pencernaan dan absorbsi.
Tractus Gastrointestinal merupakan sebuah saluran makanan yang panjang
terbentang mulai dari mulut sampai dubur. Dalam keseluruhan dinding Tractus
Gastrointestinal terdiri dari empat lapisan dinding, yaitu : tunico mukosa
(lapisan terdalam yang merupakan lapisan terdalam dan didalam tunico mukosa
terdapat enzim yang membantu proses makanan secara kimiawi). tunico submukosa
merupakan lapisan jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah,
tunica muskularis (merupakan dua lapisan otot : lapisan otot sirkuler dan
lapisan otot logitudinal), tunica serosa / tunica adventitia merupakan lapisan
terluar dan sangat tipis.
1.
Mulut >> Mulut (OS) dan rongga mulut merupakan
bagian permulaan tractus Gastrointestinal. Cavum Oris, mempunyai batas-batas :
sebelah depan (rima oris), belakang (istmus favcium), dinding samping bibir dan
pipi, batas atas (maxila) terdiri dari palatum mole dan palatum durum.
Dasar rongga mulut terdiri dari mandibula (rahang
bawah), lidah, regio submandibularis. Didalam mulut terdapat lidah yang
merupakan organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada proses
mengunyah (mastikasi), menelan (deglution) bicara (spech) dan pengecap,
kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu : glandula parotis, glandula
sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang
merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat
pengunyah dan bicara.
2.
Pharing >> Pharing atau tekak merupakan suatu
saluran muskulo fibrosa, panjang kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara
basis cranii (dasar tengorokan) yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga
kebawah setinggi tulang rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya
bolus (makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.
3.
Esophagus >> Esophagus merupakan bagian saluran
pencernaan yang terdiri dari jaringan otot yang terbentang mulai setinggi
kartilago cricoidea dan bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.
4.
Lambung >> Lambung yang merupakan bagian terlebar
dari Tractus Gastrointestinal dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya
seperti huruf “ J “ terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga
abdomen dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara
mekanis dan kimiawi, sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan membantu
proses penyembuhan eritrosid.
5.
Usus Halus >> Usus halus merupakan lanjutan
lambung terbentang mulai pylorus sampai muara ileocaecalis dan menempati bagian
terbesar rongga abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang
lebih 7 meter. Usus halus dibagi menjadi :
o Duodenum.
Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk sepatu
kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Bagian kanan
terdapat selaput lendir yaitu papila vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan
yang banyak mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum yang diebut kelenjar brunner.
o Yeyenum
dan Ileum. Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat pada
dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang sikenal sebagai mesentrum.
Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantara lubang orifisium
ileosinkalis. Dialam tunica propria (bagian alam tunica mukosa) terdapat
jaringan-jaringan limfoid, noduli lymphatici yang ada sendiri-sendiri atau
berkelompok. Sementara di ileum plicae cirkulares dan villi akan berkurang,
sedangkan kelompok noduli lympathici akan menjadi banyak, tiap kelompok
berkisar antara 20 noduli lympathici. Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri,
yang menjadi tanda khas ileum. Fungsi dari usus halus antara lain menerima
zat-zat makanan yang sudah dicerna, menyerap protein dalam bentuk asam amino,
menyerap karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.
6.
Usus Besar >> Usus besar merupakan lanjutan dari
usus halus yang tersusun seolah-olah seperti huruf “ U “ terbalik dan
mengelilingi usus halus, panjangnya kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula
ileocaecalis sampai anus. Usus besar terdiri dari colon asendens, colon
transversum, colon desenden dan sigmoideum. Fungsi usus besar adalah untuk
absorbsi air untuk kemudian sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek)
disebut feses.
7.
Anus >> Merupakan bagian dari saluran pencernaan
yang menghubungkan rektum dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya
diperkuat oleh tiga spinter yaitu :1)Spinter ani intermus, bekerja tidak
menurut kehendak 2)Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
3)Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak.
5. PATOFISIOLOGI
|
6. PENATALAKSANAAN PENGOBATAN MEDIK
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama
pengobatan
Hal yang penting diperhatikan agar dapat
memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang akan digunakan
·
cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan
meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah dibandingkan dengan kadar kalium cairan
tinja.
·
jika
tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul
Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.
·
pada keadaan diare akut awal yang ringan, dapat
diberikan bubuk oralit sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi.
2) Jumlah cairan yang akan diberikan:
·
pada
prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari
tubuh.
·
kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung
dengan memakai rumus:
- B.D. plasma dengan memakai
rumus:
Kebutuhan
cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml
0,001
b. Memberikan terapi simptomatik
Pemberian
terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan
Karena lebih banyak kerugiannya
daripada keuntungannya.
·
Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat
memperburuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan
diberikan dalam jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
·
Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid
juga perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan kejang pada anak dan remaja
akibat rangsangan ekstrapiramidal.
·
Pada
diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi
dapat diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamid dalam waktu singkat. Pada
diare berat, obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu
yang singkat dan dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.
·
Pada
penderita diare mungkin disertai dengan Lactose intolerance, oleh karena itu
hindari makanan/ minuman yang mengandung susu sampai diare membaik dan hindari
makanan yang pedas atau banyak mengandung lemak.
c. Memberikan terapi defenitif
Terapi
kausal dapat diberikan pada infeksi:
1.
Kolera eltor:
- Tetrasiklin
4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau
- Kortimoksazol,
dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau
- Kloramfenikol
4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon
2.
S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari.
3.
Salmonellosis:
- Ampisilin
4x1g/ hari atau
- Kortimoksazol
2x2 tab atau
- Gol.
Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
4. Shigellosis:
- Ampisilin
4x1g/ hari, selama 5 hari atau
- Kloramfenikol
4x500 mg/ hari, selama 5 hari
5.
Helicobacter jejuni: injeksi Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7
Hari.
6. Amubiasis:
- Metronidazol
4x500 mg/ hari selama 3 hari atau
- Tinidazol
dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
- Secnidazole
dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau
- Tetrasiklin
4x500 mg/ hari, selama 10 hari
7. Giardiasis:
- Quinacrine
3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau
- Chloroquin
3x100 mg/ hari selama 5 hari atau
- Metronidazol
3x250 mg/ hari selama 7 hari
8. Balantidiasis:
Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari.
9. Kandidosis:
Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari.
10. Virus : simtomatik dan suportif
7.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
. a. Pemeriksaan darah lengkap: Hb, Ht, leukosit, hitung jenis
leukosit.
b. Kadar elektrolit serum: terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
c. Ureum dan kreatinin: untuk mengetahui fungsi ginjal, untuk
mengetahui
adanya kekurangan cairan
dan mineral tubuh.
d. Pemeriksaan tinja: untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang
menunjukkan adanya infeksi
bakteri, adanya telur cacing dan parasit.
e. Pemeriksaan ELISA: mendeteksi giardiasis dan test serologic
amebiasis.
f. Rektoskopi atau sigmoidoskopi: pada pasien yang
toksik, pasien dengan diare
berdarah, pasien denga
diare akut persisten.
g. Kolonoskopi: pada pasien AIDS yang
mengalami diare, kolonoskopi di
pertimbangkan
karena kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah
kolon kanan.
8. KOMPLIKASI
1.
Bakteremia
Spesies E.Coli
Salmonella dan Shigella adalah semua organisme yang masuk ke aliran darah
menyebabkan penyebaran organisme lain dan infeksi sistemik, pasien demam akut
dengan diare perlu dilakukan kultur darah. Jika pada awal apusan terlihat
organisme gram negative, diberikan terapi antibiotic.
2.
Syok
kontrol syok
berhubungan dengan kebutuhan yang tepat dari pengkajian masukan dan keluaran
dan penggantian cairan. Pada kejadian yang jarang, pasien dengan ketidakseimbangan
cairan berat membutuhkan perawatan di unit intensif dengan pemantauan
hemodinamik.
3.
Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi
yang berkepanjangan. Perhatikan
pengeluaran urin <30 2-3="" berturut-turut.="" jam="" ml="" p="" selama="">
Tujuan: Rasa ketidaknyaman berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil:
- Klien tidak rewel atau gelisah
- Hiperperistaltik dan diare sudah tidak ada lagi.
Intervensi:
30>
4.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu
setelah penyakit diare karena
compylobakter, shigella, salmonella, atau yersiniaspp.
5.
Sindrom guillain-barre.
6.
Disritmia jantung berupa takikardia atrium dan
ventrikel, fibralasi ventrikel dan kontraksi ventrikel premature akibat
gangguan elektrolit terutama oleh karena hipokalemia.
9. PROGNOSIS
Pada diare, harus
cepat mendapat pertolongan untuk mencegah komplikasi. Bila komplikasi terjadi
akan memperberat keaadaan pasien, namun bila segera tertolong pasien akan
segera sembuh.
B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang tua,
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang tua,
pekerjaan dan
pendidikan.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita, apakah sebelumnya pernah menderita
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah diderita, apakah sebelumnya pernah menderita
gastroenteritis
atau penyakit lain, kebiasaan hidup, riawayat alergi dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan saat sakit
1). Keluhan utama: Keluhan yang sering ditemukan adalah BAB encer lebih
c. Riwayat kesehatan saat sakit
1). Keluhan utama: Keluhan yang sering ditemukan adalah BAB encer lebih
dari empat
kali sehari, warna feses kuning kehijauan, hijau, bentuk mukoid
dan mengandung
darah.
2). Riwayat perjalanan penyakit: beberapa lama penyakit diderita, hal-hal yang
2). Riwayat perjalanan penyakit: beberapa lama penyakit diderita, hal-hal yang
meringankan dan
memperberat penyakit.
3). Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu
Kehamilan dengan gawat janin, diabetes mellitus, malnutrisi, intrauteri, infeksi
3). Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu
Kehamilan dengan gawat janin, diabetes mellitus, malnutrisi, intrauteri, infeksi
intra-natal, persalinan dengan ada komplikasi, persalinan dengan
tindakan
karena ada komplikasi, penolong persalinan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat penyakit gastroenteritis
f. Riwayat alergi juga penting karena dapat juga menjadi indicator
penyakit terutama obat.
g. Riwayat pemberian imunisasi
Imunisasi lengkap atau tidak.
h. Pengkajian fisik
1. Tanda-tanda vital: tekanan darah menurun akibat ketidakseimbangan cairan
e. Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat penyakit gastroenteritis
f. Riwayat alergi juga penting karena dapat juga menjadi indicator
penyakit terutama obat.
g. Riwayat pemberian imunisasi
Imunisasi lengkap atau tidak.
h. Pengkajian fisik
1. Tanda-tanda vital: tekanan darah menurun akibat ketidakseimbangan cairan
elektrolit, suhu meningkat,
nadi cepat, lemah, respirasi meningkat akibat
asidosis metabolic.
2. Keadaan penyakit
Penyakit akut bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan dehidrasi
2. Keadaan penyakit
Penyakit akut bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan dehidrasi
yang ditandai depresi
fontanel anterior, mata cekung, turgor kulit buruk,
selaput lendir kering,
tidak ada air mata bila menangis, sehingga klien dapat
jatuh kedalam syok
hipovolemik dan dapat meyebabkan kematian.
3. Keadaan umum klien
Mula-mula jatuh pada dehidrasi ringan yang apabila tidak segera diatasi
3. Keadaan umum klien
Mula-mula jatuh pada dehidrasi ringan yang apabila tidak segera diatasi
maka akan jatuh pada
dehidrasi sedang dan berat, yang diawali kelemahan
fisik.
4. Sistem integumen
Eksoriasi bokong akibat tinja asam, turgor kulit baik dan bila jatuh pada
4. Sistem integumen
Eksoriasi bokong akibat tinja asam, turgor kulit baik dan bila jatuh pada
tahap dehidrasi berat maka
turgor kulit buruk.
5. Sistem hemotologi
Hiponatremia atau hipernatremia akibat kekurangan natrium, hipokalemia
5. Sistem hemotologi
Hiponatremia atau hipernatremia akibat kekurangan natrium, hipokalemia
atau hiperkalemia akibat
kekurangan kalium, asidosis metabolic.
6. Sistem pernapasan
Respiratori meningkat akibat adanya asidosis metabolic apabila jatuh pada
6. Sistem pernapasan
Respiratori meningkat akibat adanya asidosis metabolic apabila jatuh pada
dehidrasi berat.
7. Sistem gastrointestinal
Nyeri atau kram abdomen, dehidrasi abdomen, hiperperistaltik usus.
i. Pola fungsi kesehatan
Pola fungsi kesehatan dapat di kaji melalui pola Gordon dimana pendekatan ini
7. Sistem gastrointestinal
Nyeri atau kram abdomen, dehidrasi abdomen, hiperperistaltik usus.
i. Pola fungsi kesehatan
Pola fungsi kesehatan dapat di kaji melalui pola Gordon dimana pendekatan ini
memungkinkan perawat untuk
mengumpulkan data secara sistematis dengan
cara mengevaluasi pola fungsi
kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik
pada masalah khusus.
j. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Kaji persepsi keluarga terhadap kesehatan dan upaya-upaya keluarga untuk
j. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Kaji persepsi keluarga terhadap kesehatan dan upaya-upaya keluarga untuk
mempertahankan kesehatan.
Termasuk juga penyakit anak sekarang ini dan
upaya yang diharapkan.
k. Pola nutrisi metabolik
Kaji pola nutrisi anak dan bagaimana dengan pemberian ASI. Klien mengalami
k. Pola nutrisi metabolik
Kaji pola nutrisi anak dan bagaimana dengan pemberian ASI. Klien mengalami
gangguan nafsu makan, mual,
muntah dan diare.
l. Pola eliminasi
Kaji pola eliminasi feses dan urin, berapa frekuensinya dan bagaimana sifatnya,
l. Pola eliminasi
Kaji pola eliminasi feses dan urin, berapa frekuensinya dan bagaimana sifatnya,
BAB lebih empat kali sehari,
BAK tak terkaji, berat jenis urine tinggi, oliguria.
m. Pola istirahat-tidur
Gangguan tidur biasanya disebabkan oleh badan panas atau demam, BAB yang
m. Pola istirahat-tidur
Gangguan tidur biasanya disebabkan oleh badan panas atau demam, BAB yang
sering.
n. Pola kognitif perseptual
Pola ini sulit dan tak bisa dikaji/dilakukan
o. Pola peran hubungan
Kaji siapa yang mengasuh bayi. Klien sering digendong karena rewel.
p. Pola aktivitas dan latihan
Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan usia.
q. Pola reproduksi
Tidak bisa di kaji pada bayi, tapi dapat dilihat dari cara orang tua
n. Pola kognitif perseptual
Pola ini sulit dan tak bisa dikaji/dilakukan
o. Pola peran hubungan
Kaji siapa yang mengasuh bayi. Klien sering digendong karena rewel.
p. Pola aktivitas dan latihan
Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan usia.
q. Pola reproduksi
Tidak bisa di kaji pada bayi, tapi dapat dilihat dari cara orang tua
memperlakukan anaknya sesuai
dengan jenis kelamin (pakaian, alat
permainan).
r. Pola koping dan toleransi terhadap stress.
Untuk mengkaji pola ini sulit karena bahasa untuk bayi tidak dimengerti
r. Pola koping dan toleransi terhadap stress.
Untuk mengkaji pola ini sulit karena bahasa untuk bayi tidak dimengerti
(menangis).
s. Pola keyakinan
Kajian tentang pola keyakinan ini lebih banyak pada bagian bagaimana pola
s. Pola keyakinan
Kajian tentang pola keyakinan ini lebih banyak pada bagian bagaimana pola
keyakinan orang tua klien.
2. Diagnosa keperawatan
1. Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasase feses
2. Diagnosa keperawatan
1. Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasase feses
yang sering dan kurangnya
asupan cairan.
2. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pasase feses
yang sering atau encer (Smeltzer dan Bare, 2002, hal.1094)
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
makanan tak adekuat.
4. Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang mengenal informasi tentang kondisi ( Doenges, 2000, hal 426).
5. Perubahan
pola eliminasi Bab, diare berhubungan dengan proses infeksi pada saluran cerna.
6. Perubahan
ketidak nyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare, dan muntah
sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
Intervensi:
1.
Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pasase feses yang sering dan kurangnya asupan cairan.
Tujuan: volume cairan seimbang.
Kriteria hasil: - BAB tidak lebih dari satu kali perhari.
- Intake dan out put seimbang.
- Turgor kulit baik.
- Mata tidak cekung.
Intervensi:
a). Kaji adanya dehidrasi (penurunan turgor kulit, tacikardi, nadi lemah,
Tujuan: volume cairan seimbang.
Kriteria hasil: - BAB tidak lebih dari satu kali perhari.
- Intake dan out put seimbang.
- Turgor kulit baik.
- Mata tidak cekung.
Intervensi:
a). Kaji adanya dehidrasi (penurunan turgor kulit, tacikardi, nadi lemah,
penurunan natrium serum, haus).
Rasional: keseimbangan cairan sulit di pertahankan selama episode akut.
Rasional: keseimbangan cairan sulit di pertahankan selama episode akut.
Karena feses di dorong melalui usus
terlalu cepat untuk memungkinkan
absorbsi air; haluaran melebihi asupan
b). Mencatat intake dan output.
Rasional: Mengetahui kesimbangan antara intake dan output klien dan
b). Mencatat intake dan output.
Rasional: Mengetahui kesimbangan antara intake dan output klien dan
mengetahui banyak pergantian cairan yang
di perlukan.
c). Timbang berat badan setiap hari.
Rasional: sebagai indikasi dalam pemenuhan cairan dan nutrisi.
d). Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: memperbaiki kehilangan cairan.
(Smeltzer and Bare, 2002, hal 1095).
c). Timbang berat badan setiap hari.
Rasional: sebagai indikasi dalam pemenuhan cairan dan nutrisi.
d). Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional: memperbaiki kehilangan cairan.
(Smeltzer and Bare, 2002, hal 1095).
2). Risiko terhadap kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pasase feses yang
sering atau encer.
Tujuan: menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa konplikasi.
Kriteria evaluasi: menunjukkan prilaku orang tua untuk mempertahankan kulit halus, kenyal dan utuh.
Intervensi:
a). Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.
Rasional: Area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan
Tujuan: menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa konplikasi.
Kriteria evaluasi: menunjukkan prilaku orang tua untuk mempertahankan kulit halus, kenyal dan utuh.
Intervensi:
a). Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.
Rasional: Area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan
pengobatan lebih intensif.
b). Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
Rasional: melicinkan kulit dan menurunkan gatal.
c). Tekankan pentingnya masukan nutrisi atau cairan adekuat.
Rasional: perbaiki nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.
d). Dorong mandi dua hari satu kali, pengganti mandi tiap hari.
Rasional: sering mandi menyebabkan kekeringan kulit.
(Doenges, 2000, hal 434).
b). Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
Rasional: melicinkan kulit dan menurunkan gatal.
c). Tekankan pentingnya masukan nutrisi atau cairan adekuat.
Rasional: perbaiki nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.
d). Dorong mandi dua hari satu kali, pengganti mandi tiap hari.
Rasional: sering mandi menyebabkan kekeringan kulit.
(Doenges, 2000, hal 434).
3) Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
makanan tak adekuat.
Tujuan: kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi .
Kriteria hasil: dapat menghabiskan porsi makanan yang di hidangkan.
Intervensi:
a). Kaji dan catat masukan oral klien.
Rasional: mengetahui perkembangan nafsu makan klien dan memantau
Tujuan: kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi .
Kriteria hasil: dapat menghabiskan porsi makanan yang di hidangkan.
Intervensi:
a). Kaji dan catat masukan oral klien.
Rasional: mengetahui perkembangan nafsu makan klien dan memantau
peningkatan masukan oral.
b). berikan klien makan dengan diet lunak, diet dengan porsi kecil tapi sering.
Rasional: mencegah kekosongan lambung yang dapat mengiritasi lambung .
(Doenges, 2000, hal 426).
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b). berikan klien makan dengan diet lunak, diet dengan porsi kecil tapi sering.
Rasional: mencegah kekosongan lambung yang dapat mengiritasi lambung .
(Doenges, 2000, hal 426).
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang mengenal informasi
tentang kondisi.
Tujuan: keluarga memahami proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria hasil: - keluarga mengerti tentang penyakit dan pengobatan.
- keluarga berpartisipasi dalam pengobatan dan perawatan.
Intervensi:
a). Tentukan persepsi keluarga tentang proses penyakit.
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dasar tentang proses penyakit dan
Tujuan: keluarga memahami proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria hasil: - keluarga mengerti tentang penyakit dan pengobatan.
- keluarga berpartisipasi dalam pengobatan dan perawatan.
Intervensi:
a). Tentukan persepsi keluarga tentang proses penyakit.
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dasar tentang proses penyakit dan
pengobatan.
b). Kaji ulang proses penyakit, penyebab yang menimbulkan gejala.
Rasional: pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan keluarga
b). Kaji ulang proses penyakit, penyebab yang menimbulkan gejala.
Rasional: pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan keluarga
untuk membuat keputusan tentang
penyakitnya.
c). Kaji ulang obat, tujuan, frekwensi, dosis dan kemungkinan efek samping.
Rasional: memungkinkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerja sama
c). Kaji ulang obat, tujuan, frekwensi, dosis dan kemungkinan efek samping.
Rasional: memungkinkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerja sama
dalam program.
d). Tekankan pentingnya perawatan kulit seperti tehnik. Cuci tangan yang bersih
d). Tekankan pentingnya perawatan kulit seperti tehnik. Cuci tangan yang bersih
dan perawatan perineal.
Rasional: Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit
(Doenges, 2002, hal 435).
Rasional: Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit
(Doenges, 2002, hal 435).
5) Perubahan pola eliminasi Bab: diare
berhubungan dengan proses infeksi pada
saluran cerna.
Tujuan : Pola eliminasi kembali normal.
Kirteria hasil: BAB tidak lebih dari satu kali perhari, intake dan output seimbang,
Tujuan : Pola eliminasi kembali normal.
Kirteria hasil: BAB tidak lebih dari satu kali perhari, intake dan output seimbang,
konsistensi feses lembek.
Intervensi:
a) Kaji dan catat frekwensi BAB, karakteristik feses dan faktor pencetus.
Rasional: Mengetahui penyebab diare dan menentukan tindakan selanjutnya.
b) Berikan istirahat yang cukup bagi klien.
Rasional: Membantu menurunkan mobilitas usus dan menurunkan
a) Kaji dan catat frekwensi BAB, karakteristik feses dan faktor pencetus.
Rasional: Mengetahui penyebab diare dan menentukan tindakan selanjutnya.
b) Berikan istirahat yang cukup bagi klien.
Rasional: Membantu menurunkan mobilitas usus dan menurunkan
metabolisme bila ada infeksi.
c) Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Melalui tanda-tanda vital dapat diketahui perubahan suhu, nadi,
c) Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Melalui tanda-tanda vital dapat diketahui perubahan suhu, nadi,
tekanan darah dan pernapasan yang abnormal
atau kemungkinan terjadinya pre
syok atau syok.
d). Berikan oral yang adekuat, porsi kecil tapi sering.
Rasional: Mempertahankan kondisi tubuh klien dan mencegah kekosongan
d). Berikan oral yang adekuat, porsi kecil tapi sering.
Rasional: Mempertahankan kondisi tubuh klien dan mencegah kekosongan
lambung.
e). Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional: Mengobati sufuratif lokal.
e). Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional: Mengobati sufuratif lokal.
6) Perubahan ketidaknyaman yang berhubungan
dengan kram abdomen, diare,
dan muntah sekunder terhadap
dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
Tujuan: Rasa ketidaknyaman berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil:
- Klien tidak rewel atau gelisah
- Hiperperistaltik dan diare sudah tidak ada lagi.
Intervensi:
a)
Baringkan klien
dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat diatas
abdomen.
Rasional: Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram.
b) Berikan masukan cairan sedikit tapi sering.
Rasional: Cairan dalam jumlah yang kecil tidak akan mendesak area gastrik
Rasional: Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram.
b) Berikan masukan cairan sedikit tapi sering.
Rasional: Cairan dalam jumlah yang kecil tidak akan mendesak area gastrik
dengan
demikian tidak memperberat gejala.
c) Lindungi daerah perianal dari iritasi.
Rasional: Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit
c) Lindungi daerah perianal dari iritasi.
Rasional: Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit
perianal (Carpenito, 2000, hal.190).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta
: EGC
Doenges,
M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah.
(2005). Perawatan anak sakit.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suriadi. (2001). Asuhan
keperawatan pada anak sakit. Edisi 1. Jakarta: PT Fajar Interpratama.
Whaley & Wong. ( 2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik.
Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar