Oleh : Liana Sriulina Br Sinulingga
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)
A. TINJAUAN TEORITIS MEDIS
1. DEFENISI
Respiratory Distress Syndrome
( RDS ) adalah perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membran disease ( HMD ).
(Suriadi, 2001).
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologist yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yangkecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005)
RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan
yang terdiri atas gejala dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit,
sianosis, merintih pada saat ekspirasi; terdapat retraksi pada suprasternal,
interkostal dan epigastrium. Pada penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu
berupa pembentukan jaringan hialin pada membran paru yang rusak. Kerusakan pada
paru timbul akibat kekurangan komponen surfaktan pulmonal. Surfaktan adalah
suatu zat aktif yang memberikan pelumasan pada ruang antar alveoli sehingga
dapat mencegah pergesekan dan timbulnya kerusakan pada alveoli yang selanjutnya
akan mencegah terjadinya kolaps paru. (Yuliani, 2001).
Respiratory
distress syndrome yang idiopatik atau hyaline membrane disease merupakan
keaadaan akut yang terutama ditemukan pada bayi premature saat lahir atau
segera saat lahir, lebih sering pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 minggu
yang mempunyai berat dibawah 1500 gram. Kira-kira 60%
bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS.
2. ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah
kekurangan surfaktan, suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS
seringkali terjadi pada bayi prematur, karena produksi surfaktan, yang dimulai
sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.
Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadinya RDS.
- MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis
alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum
protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.Gejala klinis
yang timbul yaitu : adanya sesak napas pada bayi prematur segera setelah lahir,
yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan cuping hidung,
grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96
jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada
4 stadium RDS yaitu :
1. Stadium 1: terdapat sedikit bercak retikulogranular dan
sedikit bronchogram udara
2. Stadium 2:
bercak retikulogranular homogen pada
kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan
meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi
paru.
3. Stadium 3:
kumpulan alveoli yang kolaps
bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan
jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
4. Stadium
4: seluruh thorax sangat
opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.
- ANATOMI FISIOLOGI
Paru-paru ada dua
yang merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah
kanan dan kiri, bagian tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besar dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah
organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit
lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk
di atas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan
luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi
belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian
sisi depan jantung.
a. Lobus paru-paru
(belahan paru-paru ).
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-
paru kanan mempunyai tiga lobus dan
paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus
tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkial
kecil masuk ke dalam setiap
lobula dan semakin bercabang. Semakin
menjadi tipis dan akhirnya berakhir
menjadi kantong kecil-kecil, elastis,
berpori, dan seperti spons. Di dalam
air, paru-paru mengapung karena udara yang
ada di dalamnya.
b. Bronkus
Pulmonaris
Trakea
terbelah mejadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk
paru-paru. Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus
pulmonaris bercabang dan beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan
struktur serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang
mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil
salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding
fibrosa berotot dan lapisan bersilia.
Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula. Dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan pembuluh darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
c. Pembuluh Darah dalam Paru-Paru
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan membentuk kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta. Pembuluh darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen ke dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah itudiantarkan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.
d. Hilus (tampuk)paru-paru
dibentuk struktur berikut
Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen.Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru – paru ke jantung. Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial, merupakan jalan udara utama. Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.. Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru – paru ke vena kava superior. Pebuluh limfe, yang masuk – keluar paru – paru, sangat banyak persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpati. Kelenjar limfe dan semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru – paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di paru – paru.
Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen.Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru – paru ke jantung. Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial, merupakan jalan udara utama. Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.. Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru – paru ke vena kava superior. Pebuluh limfe, yang masuk – keluar paru – paru, sangat banyak persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpati. Kelenjar limfe dan semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru – paru dapat menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di paru – paru.
Setiap
paru –paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis
erat melapisi paru – paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian
memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di
sebelah tampuk paru – paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian
dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian
yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di
leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat
bernama membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak
arteri subklavia.
Di antara
kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya
dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu
bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain
erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata,
tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu
dan ruang di antaranya menjadi jelas.
Fisiologi
Pernafasan
Fungsi paru –
paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada pernapasan melalui
paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui hidung dan mulut
pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli,
dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu
lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari
darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian
tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada
tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu
hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah
ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli
dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru – paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah
2. Arus darah melalui paru – paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah
tepat dapat
mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
lebih mudah
berdifusi daripada oksigen.
Semua proses
ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima
jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih
banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya
pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut
lebih banyak O2.
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
Nitrogen ..................................................................... 79 %
Oksigen ...................................................................... 20 %
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
Nitrogen ..................................................................... 79 %
Oksigen ...................................................................... 20 %
Karbon dioksida
........................................................ 0-0,4 %
Udara yang
masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer
Udara yang diembuskan:
Nitrogen....................................................................... 79 %
Oksigen....................................................................... 16 %
Karbon dioksida ........................................................ 4-0,4 %
Udara yang diembuskan:
Nitrogen....................................................................... 79 %
Oksigen....................................................................... 16 %
Karbon dioksida ........................................................ 4-0,4 %
Daya muat udara
oleh paru-paru.
Besar daya muat
udara oleh paru–paru 4.500 ml sampai 5000
ml atau 4,5 sampai 5 liter udara. Hanya
sebagian kecil dari udara kira-kira 1/10nya atau 500 ml adalah udara pasang
surut (tidal air), yaitu yang di hirup masuk dan diembuskan keluar pada
pernapasan biasa dengan tenang.
Volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan otot pernapasan.
Volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan otot pernapasan.
- PATOFISIOLOGI
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat
progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan
adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit
tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max
pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%).
Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa
akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi
sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan
terjadinya :
1.
Oksigenasi
jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan
asam laktat asam organic>asidosis metabolic.
2.
Kerusakan
endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam
alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang
nekrotik>lapisan
membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan
terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan
pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang
pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu
dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi dan kehamilan kembar.
- PENATALAKSANAAN PENGOBATAN MEDIK
1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh
bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (365OC-37OC) dengan cara meletakkan bayi dalam incubator.
Kelembapan ruangan juga harus adekuat.
2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus
dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh kompleks pada bayi premature.
pemberian oksigen yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti fibrosis paru, dan kerusakan retina. Untuk mencegah
timbulnya komplikasi pemberian oksigen sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan
analisa gas darah arteri. Bila fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah
arteri tidak ada, maka oksigen diberikan dengan konsentrasi tidak lebih dari
40% sampai gejala sianosis menghilang.
3. Pemberian cairan dan
elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan homeostasis dan menghindarkan
dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang
disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis
metabolik yang selalu
dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara
intravena yang berguna untuk mempertahankan agar pH darah 7,35-7,45. Bila tidak
ada fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah, NaHCO3 dapat
diberi langsung melalui tetesan dengan menggunakan campuran larutan glukosa
5-10% dan NaHCO3 1,5% dalam perbandingan 4:1
4. Pemberian
antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk mencegah infeksi
sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari
atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
5. Kemajuan
terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen
(surfaktan dari luar). Obat ini sangat efektif tapi biayanya sangat mahal.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto thoraks: Pemeriksaan radiologis, mula-mula tidak ada
kelainan jelas
pada foto dada, setelah 12-24 jam akan tampak infiltrate alveolar tanpa batas
yang tegas diseluruh paru.
a.
Pola retikulogranular difus bersama bronkhogram udara
yang saling
tumpah tindih.
b.Tanda paru sentral batas jantung sukar dilihat,
inflasi paru buruk.
c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain
juga terkena (bayi
dari ibu
diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif ).
d. Bayangan timus yang besar.
e. Bergranul merata pada bronkhogram udara, yang
menandakan penyakit
berat jika terdapat
pada beberapa jam pertama.
2. Gas Darah Arteri menunjukan asidosis respiratory dan metabolik yaitu
adanya
penurunan
pH, penurunan PaO2, dan peningkatan PaCO2, penurunan HCO3.
3.
Hitung darah lengkap,
4.
Perubahan
Elektrolit, cenderung terjadi penurunan kadar: kalsium, natrium, kalium dan
glukosa serum.
- Biopsi paru , terdapat adanya pengumpulan granulosit secara abnormal dalam parenkim paru.
8. KOMPLIKASI
Komplikasi
jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
a. Ruptur alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (
pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ),
pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi.
b. Dapat
timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan
leukomalacia periventrikular
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada
20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi
mekanik.
d. PDA dengan peningkatan
shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi
bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
Komplikasi jangka panjang yang
sering terjadi :
a. Bronchopulmonary
Dysplasia (BPD) merupakan penyakit paru kronik yang
disebabkan
pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan
dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan
ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vit A.
b. Retinopathy
premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi
sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia,
komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
9. PROGNOSIS
Pada kasus RDS
bila penanganan cepat dapat tertolong, bila tidak dapat terjadi komplikasi dan
kematian.
B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
Identitas pasien diisi mencakup nama, umur, jenis
kelamin, Agama, suku bangsa, tgl masuk RS, alamat. Untuk penangung jawab
dituliskan nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
- Riwayat maternal
§
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus.
§
Kondisi seperti perdarahan placenta.
§
Tipe dan lamanya persalinan.
§
Stress fetal atau intrapartus.
- Status infant saat lahir.
§
Prematur, umur kehamilan.
§
Apgar score, apakah terjadi aspiksia.
§
Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar.
- Pengkajian Fisik
1). Kaji sistem pernapasan.
Gejala
tersebut dapat terjadi pada saat kelahiran atau antara waktu 2 jam. Perkembangan penyakit terjadi dengan cepat yang dimulai dengan
takipnea(> 60 x/menit), pernapasan mendengkur atau
retraksi subkostal / interkostal, diikuti oleh pernapasan cuping hidung, sianosis, pucat, peningkatan
gejala kekurangan udara (serangan apnea, hipotonus), gerakan tubuh
berirama, sulit bernapas dan sentakan dagu,
pada awalnya suara napas mungkin normal. Kemudian dengan menurunnya
pertukaran udara napas menjadi parau
dan pernapasan dalam.
2).
Kaji sistem kardiovaskuler
· Kaji adanya mur-mur
· Bradikardia (dibawah 100x/menit) dengan hipoksemia berat
· Denyut jantung dalam batas normal.
3). Kaji Integumen
· Pallor yang disebabkan oleh
vasokontriksi periferal
· Pitting edema pada tangan dan kaki
· Mottling Neurologis
· Immobilitas, kelemahan, flaciditas
· Penurunan suhu tubuh
4). Kaji sianosis, indikasi keperawatan hipoksia.
5). Kaji hasil laboratorium
Pemeriksaan diagnostik untuk menentukan maturitas
perlu meliputi pemeriksaan:
· Lesitin / spingomelin, rasio 2:1 mengindikasikan bahwa paru sudah
matur.
· Fosfatidigliserol, meningkat pada
usia kehamilan 33 minggu
· Gas darah arteri (indikasi gagal
pernapasan), PaO2 kurang dari50mmHg dan
PaCO2 diatas 60 mmHg.
· Penigkatan kadar kalium (kalium dikeluarkan dari trauma sel alveolar.
·
Sinar X menunjukkan adanya ateletaksisf.
6). Kaji endotrakeal tube (selang intubasi)
Kaji adanya mukus yang terkumpul di saluran pernapasan yang akan menghambat
saluran pernapasan dan selang endotrakea. Pengisapan dilakukan bila hanya
diperlukan dan berdasarkan pertimbangan terhadap bayi tersebut.
e. Data
Fokus ( kemungkinan ditemukan DO & DS )
DO: Sesak nafas
(takipnea) Cyanosis, nafas cepat, tampak pucat, hasil pemeriksaan AGD PaO2 menurun, PaCO2 meningkat,
PH menurun, dyspnea ada
perubahan frekwensi nafas, terdengar ronchi hampir seluruh paru, tampak
infiltrat alveolar.
DS: orang tua pasien mengatakan anak kelihatan sesak
nafas, lemas dan pucat.
C. ASUHAN
KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan dalam
interstisial / area alveolar ditandai dengan sesak nafas (takipnea), cyanosis,
nafas cepat, tampak pucat, hasil AGD isi O2 menurun, PCO2
meningkat, pH menurun, PO2
menurun.
2. Bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan meningkatnya tahanan jalan nafas (edema
interstisial) ditandai dengan dyspnea, ada perubahan frekwensi nafas,terdengar
ronchi hampir seluruh paru, tampak infiltrat alveolar.
3. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kurang kesadaran akan bahaya
lingkungan.
Intervensi
1.
Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan akumulasi protein dan cairan
dalam interstisial / area alveolar ditandai dengan sesak nafas
(takipnea), cyanosis, nafas cepat, tampak pucat, hasil AGD isi O2
menurun, PCO2 meningkat, pH menurun, PO2 menurun.
Tujuan
: Setelah diberikan
askep selama 3X24 jam diharapkan masalah
pertukaran gas tertangani
Kriteria
hasil : sesak nafas (-),
ada perbaikan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat dengan AGD dalam rentang normal.
Intervensi:
a.
Kaji status
pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekwensi/upaya
pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional:
menentukan tindakan yang akan kita lakukan dan efektifitasnya.
b. Catat ada/tidaknya bunyi nafas tambahan
seperti mengi, krekels.
Rasional
: Bunyi
napas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit. Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan
sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar – kapiler. Mengi
adalah bukti konstriksi bronkus dan/atau penyempitan jalan napas sehubungan
dengan mucus/edema.
c. Kaji adanya cyanosis
Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi
sebelum sianosis.
Sianosis sentral dari ‘’ organ ‘’ hangat
contoh lidah,
bibir, dan daun telinga, adalah paling
indikatif dari hipoksemia
sistemik. Sianosis perifer kuku /ekstremitas
sehubungan dengan
vasokontriksi.
d.
Observasi
kecendrungan tidur, apatis, tidak perhatian,gelisah, bingung,
somnolen.
Rasional: dapat menunjukan berlanjutnya hipoksemia dan / atau
asidosis.
e.
Auskultasi
frekwensi jantung dan irama.
Rasional: Hipoksemia
dapat menyebabkan mudah terangsang pada
miokardium, menghasilkan berbagai distrimia.
f. Berikan oksigen lembab dengan masker CPAP
sesuai indikasi
Rasional:
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk
pertukaran, dengan
tekanan jalan napas positif continue.
g. Bantu dengan/ berikan tindakan IPPB
Rasional: Meningkatkan ekspansi penuh paru untuk memperbaiki
oksigenasi dan untuk memberikan obat nebulizer kedalam jalan napas.
Intubasi dan dukungan ventilasi diberikan bila PaO2 kurang dari 60 mmHg
dan tidak berespon
terhadap peningkatan oksigen murni (FIP2).
h. Awasi/
gambarkan seri AGD/ oksimetri nadi
Rasional: menunjukan
ventilasi/oksigenasi dan status asam/basa. Digunakan
sebagai dasar evaluasi keektifan terapi atau indicator kebutuhan
perubahan terapi.
i. Berikan obat sesuai indikasi spt antibiotika,
steroid, diuretik.
Rasional: Pengobatan
untuk SDPD sangat mendukung lebih besar atau di
buat untuk memperbaiki penyebab SDPD dan mencegah berlanjutnya dan
potensial komplikasi fatal hipoksemia. Steroid menguntungkan dalam
menurunkan inflamasi dan meningkatkan produksi surfaktan. Fungsi
utama
diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
2. Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan meningkatnya tahanan jalan nafas
(edema interstisial) ditandai dengan dyspnea, ada perubahan frekwensi
nafas,terdengar ronchi hampir seluruh paru, tampak infiltrat alveolar.
Tujuan
: setelah diberikan tindakan perawatan selama
3X24 jam diharapkan
bersihan jalan napas efektif.
Kriteria
hasil : jalan napas
paten dengan bunyi napas bersih/ tidak ada ronchi.
Intervensi:
a. Catat perubahan upaya dan pola bernapas.
Rasional : Pengguanaan otot intercostals/abdominal dan pelebaran nasal
menunjukan
peningkatan upaya bernapas.
c.Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/ peningkatan
fremitus.
Rasional: Ekspansi dada
terbatas atau tidak sama sehubungan dengan
akumulasi cairan, edema, dan secret dalam seksi lobus. Konsolidasi paru dan
pengisian cairan dapat meningkatkan fremitus.
c. Catat karakteristik bunyi napas
Rasional: Bunyi napas
menunjukan aliran udara melalui pohon
trakeobronkial dan di pengaruhi oleh adanya cairan, mucus, atau obstruksi
aliran
udara lain. Mengi dapat merupakan bukti kontriksi bronkus atau
penyempitan jalan napas sehubungan dengan edema, ronki dapat jelas
tanpa batuk dan menunjukan pengumpulan mucus pada jalan napas.
d. Pertahankan posisi tubuh/
kepala tepat dan gunakan alat jalan napas sesuai
kebutuhan.
Rasional; Memudahkan memelihara jalan napas atas paten bila
jalan napas
pasien dipengaruhi misalnya : gangguan tingkat kesadaran, sedasi, dan
trauma maksilofasial.
e. Kolaborasi : berikan oksigen lembab, cairan IV, berikan
kelembaban ruangan
yang tepat.
Rasional: Kelembapan
menghilangkan dan memobilisasi secret dan
meningkatkan transport oksigen.
f. Berikan Bronkodilator/ ekspektoran sesuai indikasi
Rasional: Obat diberikan
untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan
viskositas
secret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan
secret.
3. Resiko
terhadap cedera berhubungan dengan kurang kesadaran akan bahaya
lingkungan
Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3X24 jam diharapkan tidak terjadi cedera.
Kriteria
hasil:
Identifikasi situasi
yang mendukung kecelakaan.
Intervensi:
a. Kurangi/ hilangkan situasi yang berbahaya.
Rasional: Menghindari
cedera pada pasien.
b. Pasang pembatas pada tempat tidur agar segala sesuatu yang dapat
menimbulkan masalah/ berbahaya bagi klien dapat dihindari.
Rasional: Untuk menjaga/
menyangga klien agar tidak ter
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermik. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
Edisi 4. Jakarta : EGC
Cecily. L Betz.
2002. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta. EGC
Nelson. E Waldo.
2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jilid I.Jakarta. EGC
Suriadi. 2001.
Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.Jakarta. CV Agung Seto.
Irrespective of receiving daily oral or future injectable depot therapies, these require health care visits for medication and monitoring of safety and response. If patients are treated early enough, before a lot of immune system damage has occurred, life expectancy is close to normal, as long as they remain on successful treatment. However, when patients stop therapy, virus rebounds to high levels in most patients, sometimes associated with severe illness because i have gone through this and even an increased risk of death. The aim of “cure”is ongoing but i still do believe my government made millions of ARV drugs instead of finding a cure. for ongoing therapy and monitoring. ARV alone cannot cure HIV as among the cells that are infected are very long-living CD4 memory cells and possibly other cells that act as long-term reservoirs. HIV can hide in these cells without being detected by the body’s immune system. Therefore even when ART completely blocks subsequent rounds of infection of cells, reservoirs that have been infected before therapy initiation persist and from these reservoirs HIV rebounds if therapy is stopped. “Cure” could either mean an eradication cure, which means to completely rid the body of reservoir virus or a functional HIV cure, where HIV may remain in reservoir cells but rebound to high levels is prevented after therapy interruption.Dr Itua Herbal Medicine makes me believes there is a hope for people suffering from,Parkinson's disease,Schizophrenia,Lung Cancer,Breast Cancer,psoriasis,Colo-Rectal Cancer,Blood Cancer,Prostate Cancer,siva.Fatal Familial Insomnia Factor V Leiden Mutation ,Epilepsy Dupuytren's disease,Desmoplastic small-round-cell tumor Diabetes ,Coeliac disease,Creutzfeldt–Jakob disease,Cerebral Amyloid Angiopathy, Ataxia,Arthritis,Amyotrophic Lateral Scoliosis,Fibromyalgia,Fluoroquinolone Toxicity
BalasHapusSyndrome Fibrodysplasia Ossificans ProgresSclerosis,Alzheimer's disease,Adrenocortical carcinoma.Asthma,Allergic diseases.Hiv_ Aids,Herpe ,Copd,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,Osteoporosis.Alzheimer's disease,
Dementia.(measles, tetanus, whooping cough, tuberculosis, polio and diphtheria),Chronic Diarrhea,
Hpv,All Cancer Types,Diabetes,Hepatitis,I read about him online how he cure Tasha and Tara so i contacted him on drituaherbalcenter@gmail.com / info@drituaherbalcenter.com. even talked on whatsapps +2348149277967 believe me it was easy i drank his herbal medicine for two weeks and i was cured just like that isn't Dr Itua a wonder man? Yes he is! I thank him so much so i will advise if you are suffering from one of those diseases Pls do contact him he's a nice man.